Menjaga Keseimbangan Nilai Lokal Dalam Destinasi Pariwisata
Penerapan model tata kelola sebagai instrumen manajemen diperlukan dalam
sistem pembangunan destinasi pariwisata. Partisipasi, komitmen,
tanggungjawab, rasa memiliki merupakan kunci untuk membangun sinergi,
dan konvergensi stakeholder melalui optimalisasi peningkatan peran dan
fungsi agar mencapai kesukesan tata kelola destinasi pariwisata.
Kualitas pengalaman wisata dan keberlanjutan destinasi pariwisata ditentukan oleh kompetensi dan kapasitas pengelolaan entitas destinasi pariwisata. Penguatan tata kelola destinasi berbasis keseimbangan dengan muatan dimensi ekonomi, estetika, etika diarahkan untuk terwujudnya pembangunan pariwisata kontekstual berbasis nilai.
“Realitas praktik tata kelola pariwisata mendorong berbagai prakarsa untuk meningkatkan kualitas pengelolaan dan daya saing destinasi pariwisata. Indikator rendahnya kualitas pengelolaan destinasi pariwisata dapat dilihat dari sejumlah praktik tata kelola yang belum berjalan secara optimal karena besaran perolehan pariwisata (magnitude of tourism) yang masih rendah," kata Kepala Bidang Perencanaan dan Hukum Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Frans Xaverinus Teguh di Jakarta, Senin (1/10).
"Konsep tata kelola destinasi berbasis nilai dipergunakan memecahkan persoalan pelik mengenai sinergi, tanggung jawab, kolaborasi, dan hubungan kemitraan untuk peningkatan ekonomi kreatif, kualitas dan daya saing destinasi” tegas Frans lebih lanjut.
Pandangan itu merupakan intisari pemikirannya dalam disertasi Program Doktor (S3) Pariwisata di Universitas Gadjah Mada. Frans telah lulus ujian S3 di UGM pada Jumat (28/9) dengan predikat Cum Laude. Tema disertasi adalah "Kontribusi Lokalitas Terhadap Tata Kelola Destinasi Pariwisata: Studi Etika, Estetika dan Ekonomi Lokal di Destinasi Pariwisata Komodo-Labuan Bajo, Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Frans mengemukakan lokalitas dan tata kelola destinasi menjadi isu penting dalam pembangunan pariwisata berkelanjutan. Lokalitas diperlukan untuk meningkatkan daya tahan dan penciptaan faedah destinasi pariwisata secara berkelanjutan. Kelestarian lingkungan alam dan budaya merupakan salah satu prasyarat bagi terwujudnya kepariwisataan berkelanjutan.
"Tata kelola destinasi pariwisata diperlukan untuk menyeimbangkan penerapan nilai etika, estetika, dan ekonomi lokal untuk meningkatkan manfaat bagi masyarakat, lingkungan, dunia usaha dan wisatawan," ujar lulusan Master of Arts in Tourism and Hospitality Management, Bournemouth University, Inggris.
Kualitas pengalaman wisata dan keberlanjutan destinasi pariwisata ditentukan oleh kompetensi dan kapasitas pengelolaan entitas destinasi pariwisata. Penguatan tata kelola destinasi berbasis keseimbangan dengan muatan dimensi ekonomi, estetika, etika diarahkan untuk terwujudnya pembangunan pariwisata kontekstual berbasis nilai.
“Realitas praktik tata kelola pariwisata mendorong berbagai prakarsa untuk meningkatkan kualitas pengelolaan dan daya saing destinasi pariwisata. Indikator rendahnya kualitas pengelolaan destinasi pariwisata dapat dilihat dari sejumlah praktik tata kelola yang belum berjalan secara optimal karena besaran perolehan pariwisata (magnitude of tourism) yang masih rendah," kata Kepala Bidang Perencanaan dan Hukum Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Frans Xaverinus Teguh di Jakarta, Senin (1/10).
"Konsep tata kelola destinasi berbasis nilai dipergunakan memecahkan persoalan pelik mengenai sinergi, tanggung jawab, kolaborasi, dan hubungan kemitraan untuk peningkatan ekonomi kreatif, kualitas dan daya saing destinasi” tegas Frans lebih lanjut.
Pandangan itu merupakan intisari pemikirannya dalam disertasi Program Doktor (S3) Pariwisata di Universitas Gadjah Mada. Frans telah lulus ujian S3 di UGM pada Jumat (28/9) dengan predikat Cum Laude. Tema disertasi adalah "Kontribusi Lokalitas Terhadap Tata Kelola Destinasi Pariwisata: Studi Etika, Estetika dan Ekonomi Lokal di Destinasi Pariwisata Komodo-Labuan Bajo, Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Frans mengemukakan lokalitas dan tata kelola destinasi menjadi isu penting dalam pembangunan pariwisata berkelanjutan. Lokalitas diperlukan untuk meningkatkan daya tahan dan penciptaan faedah destinasi pariwisata secara berkelanjutan. Kelestarian lingkungan alam dan budaya merupakan salah satu prasyarat bagi terwujudnya kepariwisataan berkelanjutan.
"Tata kelola destinasi pariwisata diperlukan untuk menyeimbangkan penerapan nilai etika, estetika, dan ekonomi lokal untuk meningkatkan manfaat bagi masyarakat, lingkungan, dunia usaha dan wisatawan," ujar lulusan Master of Arts in Tourism and Hospitality Management, Bournemouth University, Inggris.
http://www.beritasatu.com/persona/75332-menjaga-keseimbangan-nilai-lokal-dalam-destinasi-pariwisata.html
Post a Comment