Header Ads

Unlimited Hosting WordPress Developer Persona

Tanamkan Kebhinekaan

Tanamkan Kebhinekaan  Indonesia merupakan negara yang masyarakatnya sangat religius.Namun, ketegangan intraumat beragama senantiasa menghiasi perjalanan bangsa ini.Tidak sedikit konflik menggelinding ke permukaan.

Korban tewas dalam konflik sudah berbilang. Rumah-rumah peribadatan hancur, sebagian hangus dibakar, sebagian luluh lantak dirobohkan, dan sebagian lainnya rusak oleh amuk massa yang terbakar api kemarahan bersentimen keagamaan. Insiden penyerangan warga Syiah di Desa Karang Gayam,Kecamatan Omben, Kabupaten Sampang,Madura,yang belum lama terjadi adalah buntut sentimen atau selisih paham agama.

Hal ini masih menjadi subdominan sebagai pemicu konflik di masyarakat kita.Kerusuhan yang “bermotif”agama adalah tanda bahwa kepercayaan dan keyakinan (agama) di tangan kelompok tertentu menjadi (lahan subur) pemecah belah persatuan dalam meraih kepentingannya. Dengan begitu, selisih paham agama menjadi momok tersendiri dan menakutkan.

Secara konseptual-religius, Islam sangat menitikberatkan pada kepedulian dan kesadaran sosial yakni kesadaran akan ada”orang lain” dan pengakuan terhadap eksistensi orang, masyarakat, dan komunitas lain.Kesadaran dan kepekaan sosial dalam Alquran tidak hanya dimaksudkan untuk mengatasi belenggu kemiskinan (QS al-Maun) menjauhi konglomerasi (QS al-Takastur), ketidakadilan (QS al-Nahl), tetapi juga menunjukkan kesadaran sosial yang lebih tajam dan liberal.

Keharusan untuk mengakui hak hidup orang dan komunitas lain yang kebetulan tidak seaqidah dengan orang muslim dengan cara sanggup hidup berdampingan-bertetangga,bebas dari ketakutan,kekhawatiran, dan kecemasan (QS al-Kafirun). Karena itu,menurut saya, konflik dengan membawa embelembel agama tidak akan berkesudahan tatkala tidak diimbangi dengan ketegasan pemerintah serta aparatur negara.

Pemerintah setidaknya menggandeng masyarakat, ulama, serta para tokoh agama untuk melakukan berbagai tindakan nyata. Pertama, melakukan tindakan preventif yakni menggalakkan pendidikan multikultural. Pendidikan ini sangat relevan diterapkan mengingat bangsa Indonesia adalah multietnis dan multibudaya.

Keragaman budaya jika dikelola dengan baik akan mampu membentuk karakter kebangsaan keindonesiaan yang kokoh. Selain itu, pendidikan multikultural juga mampu membentuk karakter masyarakat serta dapat memosisikan diri dalam hubungannya dengan Tuhan,diri sendiri, orang lain,lingkungan,dan kebangsaan. Kedua,pemerintah menjadi mediator serta penyediaaan ruang terbuka untuk berdiskusi.

Ketiga, menanamkan semangat Bhinneka Tunggal Ika, yang sering dimaknai sebagai “berbeda-beda tetapi tetap satu juga”ini, sesungguhnya memberi ruang pada semua perbedaan.Kesadaran untuk satu sebagai bangsa Indonesia tetap menjadi muara segala perbedaan tersebut.Misalnya dalam memberikan siraman rohani yang semuanya difungsionalisasikan dan diorientasikan untuk menghormati sesama. Secara sadar ceramah agama tersebut dieksposkan kepada masyarakat tentang nilai-nilai damai dan kasih sayang.Semoga

No comments

Powered by Blogger.