Header Ads

Unlimited Hosting WordPress Developer Persona

Taufik Hidayat dan Peter Gade

KOMPAS/YUNIADHI AGUNG Pemain tunggal putra Indonesia, Taufik Hidayat, Ajang Djarum Indonesia Open 2012 bisa jadi merupakan  pertanda berakhirnya satu era emas dengan mundurnya dua legenda bulu tangkis,  Peter Hoeg Gade dari Denmark dan Taufik Hidayat dari Indonesia.

Di ajang Djarum Indonesia Open 2012, 12-17 Juni ini, baik Gade mau pun Taufik Hidayat disingkirkan pemain Indonesia, Sony Dwi Kuncoro. Gade tersingkir di babak pertama dengan kalah 21-14 7-21 18-21.   Sementara Taufik kandas di babak kedua juga di tangan Sony dengan 14-21 18-21.

Gade secara formal telah menyatakan bahwa ajang  Djarum Indonesia Open 2012 ini merupakan kali terkahir ia bertanding di Indonesia. Pemain yang telah berusia  35 tahun ini berencana mundur sebagai pemain pada Desember 2012 mendatang. "Saya akan ikut Olimpiade London Juli mendatnag dan beberpa turnamen Superseries  sebelum mengundurkan diri dalam farewell match di Kopenhagen pada Desember nanti," ungkap Gade.

Gade yang dilahirkan di Aalborg, 14 Desember 1976  mungkin bukan pemain terbaik Denmark. Pada masa lalu, Denmark memiliki nama-nama besar seperti juara All  England,  Erland Kops dan Svend Pri serta peraih medali emas Olimpiade, Poul Erik Hoyer Larsen. Namun kemampuan Gade  untuk terus eksis melewati dekade  1990-an hingga 2012 ini membuat ia menjadi salah satu pemain legendaris negeri dongeng tersebut.

"Saya hanya ingin tampil baik di Olimpiade London, karena saya tahu sulit sekali bersaing dengan Lin Dan atau pun Lee Chong Wei bila ia pulih. Namun saya harap karena ini yang terakhir, saya bisa mengeluarkan semua kemampuan saya," kata Gade soal peluangnya di London.  Bagi Gade ini merupakan Olimpiade yang keempat setelah Sydney (2000), Athena (2004) dan Beijing (2008).

Prestasi terbaik Gade adalah saat ia lolos ke semifinal Olimpiade Sydney pada 2000 namun disingkirkan oleh pemain China, Ji Xinpeng. Di perebutan perunggu, Gade juga kalah di tangan pemain China lainnya, Xia Xuanze. Di Olimpiade Athena 2004 dan Beijing 2008 ia disingkirkan dua pemain yang kemudian menjadi juara, Taufik Hidayat dan Lin Dan.

"Bulu tangkis sudah sangat berubah dibandingkan masa lalu dan karena usia, saya merasa sudah saatnya saya mundur. Saya  akan menjadi pelatih untuk  menularkan, terutama pengalaman saya, kepada para pemain muda Denmark," kata  Gade yang pernah menjadi juara All England pada 1999.

Sementara bagi jago Indonesia, Taufik Hidayat, All England merupakan satu-satunya gelar yang belum pernah diraih. Di ajang Indonesia Open, Taufik telah
merebut gelar tersebut sebanyak 6 kali yaitu pada 1999, 2000, 2002, 2003, 2004 dan 2006.

Taufik yang telah berusia 31 tahun ini tidak secara gamblang menyatakan ajang Djarum Indonesia Open 2012 merupakan ajangnya yang terakhir. Ia hanya mengatakan ini merupakan prestasi yang terburuk di ajang ini.  "Mungkin tahun depan saya hanya akan menjadi penonton bersama keluarga. Tetapi saya belum memutuskan," katanya setelah disingkirkan Sony Dwi Kuncoro di babak kedua.

Seperti juga Gade, Taufik tengah bersiap mengikuti Olimpiade London. Seperti Gade juga, ia juga telah menjadi olympian sejak Sydney (2000), Athena (2004) dan Beijing (2008), namun ia telah meraih puncak dengan merebut medali emas di Athena pada 2004. "Sama seperti yang lain, saya ingin tampil  baik di Olimpiade terakhir saya ini," kata Taufik.

Namun baik Taufik mau pun Gade sama-sama  mengaku resah dengan hegemoni China di ajang olah raga ini. "China memang memiliki segalanya untuk berbuat maksimal di bulu tangkis. Mereka memiliki fasilitas, dana mau pun resources baik pemain mau pun pelatih yang tak terbatas," kata Gade. "Dengan semua hal tersebut, mereka mampu memiliki pemain yang bagus sepanjang waktu."

Kondisi ini menurut Gade tidak dimiliki  oleh negaranya dan membuat prestasi bulu tangkis di Denmark sulit bersaing seperrti dulu. "Kami tidak memiliki
fasilitas dan dana, sementara peminat olah raga bulu tangkis pun tidak kunjung bertambah," kata Gade. "Pemain-pemain yang ada pun sulit untuk bersaing di  papan atas."

Untuk itu ia kemudian "setengah memaksa" diri untuk terus bersaing di kalangan elite dunia hingga usia yang sebenarnya sudah layak untuk penisun. "Saya juga ingin tetap nama Denmark ada di deretan elite dunia. Sementara buat saya pribadi, saya ingin mengundurkan diri saat masih berada di prestasi puncak," katanya.  Gade kini menempati peringkat 5 dunia.

"Kondisi di Indonesia sebenarnya jauh lebih baik. Anda memiliki  resources, calon pemain yang tak terbatas. Namun resources tak terbatas dan bagus pun
sulit berkembang secara berkesinambungan bila sistemnya belum terbentuk," kata  Gade.

Semangat "ing ngarso sung tulodo" (di depan memberi teladan) ini juga dipegang oleh Taufik Hidayat. Sejak  prestasinya mulai turun, Taufik selalu berinsip
"Saya akan mundur jika sudah ada  pemain Indonesia yang mengalahkan saya di peringkat dunia."

Sebagai pemain, di usia 31 tahun, Taufik masih aktif mengikuti turnamen dunia dari tingkat Grand Prix Gold hingga Super Series Premier. Ia juga "mendampingi" para pemain muda di ajang beregu seperti Piala Thomas, Piala Sudirman hingga Axiata.  "Kalau saya masih dipanggil itu bukan melulu karena saya masih dipercaya, tetapi juga karena apakah ada yang sudah siap mengganti saya?"

Mungkin tahun ini Taufik mempertimbangkan lagi prinsipnya itu. Di peringkat dunia, ada Simon Santoso (peringkat 9) yang berperingkat lebih baik dari  dirinya (peringkat 12). Di ajang Djarum Indonesia Open 2012 ini, Simon Santoso saat ini berprestasi lebih baik dengan lolos ke babak final, Sabtu (16/6).

Bila Simon yang juga lolos ke Olimpiade London 2012 mampu berprestasi lebih baik, boleh lah kita berharap pada era baru di sektor tunggal putra Indonesia.Kompas.com

No comments

Powered by Blogger.